Open top menu
#htmlcaption1 SEA DICAT POSIDONIUM EX GRAECE URBANITAS SED INTEGER CONVALLIS LOREM IN ODIO POSUERE RHONCUS DONEC Stay Connected

karikatur legenda demokrasi batu batikamSepertinya, sementara kita tinggalkan dulu cerita (daftar) artis yang jadi politikus. Cerita atau legenda yang satu ini, barangkali berguna diceritakan sekarang, ketika kampanye dimulai, dan hawa tak nyaman mulai terasa. Akh, maafkan saya, tidak bermaksud menebar ketakutan. Hanya semacam mengingatkan, tentang masa 'antah-berantah' yang mungkin mengandung pelajaran...
.........................

Syahdan, Datuak Parpatiah dan Datuak Katumangguangan berdebat hebat. Keduanya adalah orang bersaudara, berlainan bapak. Datuak Parpatiah nan Sabatang, adalah seorang yang dilahirkan dari seorang bapak aristokrat (cerdik-pandai). Sementara Datuak Katumangguangan, dilahirkan dari seorang ayah yang otokrat (raja-berpunya). Namun pada keduanya, juga mengalir darah dari ibu yang sama, seorang perempuan biasa, seperti apa adanya.

Darah yang mengalir di tubuh keduanya, ternyata berpengaruh pada pandangan hidup yang dijalani. Datuak Parpatiah, menginginkan masyarakat diatur dalam semangat yang “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” (demokratik). Sedang Datuak Katumangguangan, menginginkan rakyat diatur dalam sebuah tatanan yang “berjenjang naik, bertangga turun” (hierarkhial). Perbedaan yang kemudian meruncing menjadi perdebatan, bahkan menjurus menjadi pertikaian...

Sama-sama menghindari untuk melukai saudaranya, kedua datuak kemudian menikamkan pedang dan kerisnya pada batu. Kedua batu itu sekarang, dikenal dengan nama “Batu Batikam” (Batu yang ditikam). Yang satu berdiri tegak di tepi jalan Limo Kaum, di Batu Sangkar Sumatera Barat. Yang lain, ditelan oleh waktu, tinggal cerita, namun tetap dikenang sebagai pertanda. Betapa nenek moyang, yang memiliki kesaktian untuk menghancurkan, bahkan tidak menyukai kekerasan.

Datuak Parpatiah lalu pergi merantau. Memperbandingkan keyakinannya dengan dunia luar. Datuak Katumangguangan sebaliknya, tinggal menjaga kampung halaman, dan membenamkan dirinya dalam kumpulan kebijaksanaan yang ditinggalkan leluhur. Dua cara berbeda, dengan satu tujuan, mencari kebijaksanaan. Dua perjuangan, dengan satu cita-cita, mengatur rakyat agar sejahtera.

Masa berganti, musim bertukar, keduanya bertemu. Dengan kematangan yang semakin baik, sudah tentu. Juga dengan kepala yang semakin banyak tahu. Lalu keduanya duduk berbagi ilmu. Melerai perseteruan yang pernah terjadi bertahun-tahun berlalu. Dan akhirnya bersepakat untuk saling bahu-membahu. Menjadikan rakyat semakin pintar dan maju. Melupakan egoisme masing-masing, mendahulukan kepentingan orang banyak, karena itu lebih penting.

Demikianlah, legenda itu hidup berabad-abad. Disampaikan ke anak-cucu sebagai pelajaran tentang martabat. Kedua sistem tetap hidup hingga kini, berdampingan dan bersahabat. Saling melengkapi dalam jalinan yang erat. Menjadi dua partai yang semacam Partai Republik dan Partai Demokrat di Amerika Serikat. Menjadi sejalur rel, dua garis yang berjalan bersama, tak renggang, meski juga tak akan pernah merapat.

.....................

Wallahualam Bissawab
Kebijaksanaan selalu terendap
Dalam cerita-cerita berkarat
Hanya bagi mereka yang berfikir ketat

Different Themes
Written by Lovely

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

6 comments:

  1. Cocok tuh kalau diberikan ke partai2 politik di Indonesia...

    ReplyDelete
  2. Akh mbak ajeng ini, pertama terus...
    Iya, mbak, buat kita-kita yang penting. Tapi jgn menduga blogku-blog politik ya...hehehe
    Bagiku politi Indonesi ya tontonan sandiwara aja...Buat pelajaran dan hiburan...Aku gak minat berkampanye di blog ini kok...
    Trimakasih dah komentar...

    ReplyDelete
  3. wah mmg sih ya kalo dipikir daripada kekuatan besar saling berseteru lebih baik saling baersatu y, kan pastinya kan menghasilkan kekuatan yang lebih besar lagi...itu kalo dalam konteks kekuatan y...

    ReplyDelete
  4. Memang jika ada dua kekuatan yang punya landasan untuk tidak saling bermusuhan akan ditemukan damai walau besarnya hasutan yang datang...

    ReplyDelete
  5. Tidak ada sistem yang sempurna, karena pembuat dan pelakunya manusia juga. Pada akhirnya adalah siapa yang memimpin dan bagaimana yang dipimpin, dan ketika tujuannya adalah untuk kebaikan semua (baik rakyat maupun penguasa), maka sistem tidaklah begitu penting lagi.
    Namun, hidup tidak pernah sempurna juga....

    ReplyDelete

PIKIRAN SAHABAT SEMUA MUNGKIN AKAN SANGAT MEMBANTU SAYA
JADI JIKA BERKENAN, SUDILAH KIRANYA MENINGGALKAN KOMENTAR, DI KOTAK INI: